Site icon Lampungpedia.com

Perkuat Keutuhan Bangsa, PHDI Selenggarakan Simakrama Kebangsaan Hari Suci Nyepi Saka 1944

Lampungpedia.com, Bogor – Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat melalui Panitia Dharma Santi Nasional Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1944 bersama MPR-RI dan Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta menggelar simakrama kebangsaan di Pura Parahyangan Agung Jagatkarta di wilayah Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Sabtu (26/3).

Kegiatan Dharma Santi Kebangsaan yang perdana dilaksanakan serangkaian Nyepi tersebut mengundang para pembicara seperti Dr. Ahmad Basarah, SH.,MH (Wakil Ketua MPR RI), diwakili langsung oleh Komang Koheri, SE ((anggota MPR-RI), Mayjen TNI (Pur) Wisnu Bawa Tenaya (Ketua Pengurus Harian PHDI Pusat yang juga anggota BPIP), Prof. Dr. I Wayan Labha, M.Sc dan Letjen TNI (Pur) I Wayan Midio, M.Fil (Yayasan Giri Taman Sari Parahyangan Agung Jagatkarta), KS Arsana (Ketua DPP Prajaniti Pusat) dan I Made Sutresna, S.Ag.,M.A (Ketua STAH Dharma Nusantara Jakarta).

Ketua Panitia Dharma Santi Nasional, Brigjen TNI Putra Widiastawa dalam sambutannya mengatakan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi dewasa ini berpengaruh bukan hanya pada sisi kemajuan yang menguntungkan bangsa tetapi juga membawa sisi negatif. Salah satunya adalah degradasi terhadap pemahaman dan impelementasi nilai-nilai Pancasila sebagai bagian dari falsafah bangsa. Para pihak perlu mendorong berbagai program dan kegiatan yang mampu membumikan kembali nilai-nilai Pancasila di hati dan sanubari segerap bangsa sehingga (Pancasila) tetap ajeg dan menjadi pemersatu demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Oleh karena beberapa dasar tersebut, pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan simakrama kebangsaaan yang dilaksanakan di Pura Parahyangan Agung Jakatkarta Gunung Salak sebagai bagian penting guna menjaga dharma agama dan dharma negara.

Ia mengungkapkan bahwa simakrama kebangsaan merupakan impelementasi dari Tri Hita Karana atau tiga hubungan yang harmonis yakni antara manusia dengan Tuhan/Ida Shang Hyang Widhi Wasa, manusia dengan sesama dan manusia dengan lingkungan sekitar/alam.

“Simakrama adalah perwujudan sikap salah satunya membangun hubungan harmonis antarsesama manusia. Beberapa waktu lalu juga sudah dilakukan berbagai prosesi mulai dari melasti, tawur agung, catur brata dan ngembak geni. Semua itu adalah cerminan kegiatan bahwa kita adalah bagian dari makhuk sosial yang juga sekaligus bagian dan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,” papar dia.

Putra Widiastawa juga mengungkapkan bahwa Tri Hita Karana di tengah perkembangan era digital saat ini menjadi elemen penting dalam upaya mewujudkan keharmonisan umat dan sesama dan memperkuat keutuhan bangsa.

Impelemetasi Tri Hita Karana juga merupakan bagian penting menghadapi berbagai dinamika permasalahan bangsa dan degradasi moral yang marak terjadi di kalangan generasi muda.

“Hal tersebut kemudian berkaliberasi melalui empat konsensus kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika atau dikenal dengan empat konsensus/pilar bangsa. Simakrama kebangsaan tahun ini menjadi urgensi juga pascapencanganan pemerintah untuk membangun tahun toleransi pada 2022 ini,” tambahnya.

Lebih dalam lagi, kegiatan simakrama yang melibatkan dominan anak muda itu juga dinilai sebagai aktualisasi nilai luhur Hindu yakni “tat twam asi” yang bermakna kesetaraan.

“Tat twam asi pada dasarnya adalah bahwa kita semua bersaudara. Kita adalah memiliki harkat martabat yang sama di mata Tuhan. Dalam aspek berbangsa bahwa kita juga memiliki kesetaraan di mata hukum. Wujud dari kesetaraan tersebut juga berlaku bagi umat Hindu,” ujarnya.

Momentum simakrama bersamaan dengan peringatan Hari Suci Saraswati, Putra Widiastawa kemudian mengajak para mahasiswa dan mahasiswi peserta simakrama untuk tidak pernah mengenal waktu untuk belajar.

“lmu pengetahuan sejatinya adalah kekuatan untuk membangun kesejahteraan dan persatuan. Ilmu pengetahuan akan dapat mengangkat derajat dari kesengsaraan menuju kebahagiaan dan kesejahteraan,” demikian Putra Widiastawa. (Rls/Red)

Exit mobile version