Lampungpedia.com, Lampung Timur – Namanya Chyntia Amelia Maharani (17), gadis cantik ini sakit dari tahun 2019. Pernah berobat di Palembang pada tahun 2020 dan sempat sembuh setelahnya. Namun, lama-kelamaan Chyntya merasa ada yang tidak beres pada lutut kanannya. Setelah melakukan pemeriksaan ulang ke dokter, baru diketahui ia mengidap penyakit kanker tulang. Sampai saat ini, di tahun 2022, lutut kanannya semakin membengkak hingga ia kesulitan beraktivitas. Bahkan, untuk tidur normal pun ia kesulitan lantaran luka pada lututnya terus-menerus mengeluarkan cairan sekaligus menahan nyeri di kakinya.
Siswi kelas II di SMK Muhammadiyah 3 Metro ini hanya bisa berbaring di kamar tidur. Dari malam ke malam hingga berganti bulan ia lalui dengan perasaan yang hancur sambil penuh harap hari emas itu datang. Chyntya memimpikan kesembuhan lekas memberkatinya.
Semejak sakit di lutut, Chyntia tidak dapat mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Ditambah, kondisi ekonomi keluarga Chyntia yang sangat terbatas menjadi ancaman bagi mimpi Chyntia terhambat, bahkan punah.
Chyntia tinggal dengan ibu sebagai tonggak utama yang memenuhi semua kebutuhan keluarga pasca berpisah dengan ayah Chyntiya, ia tinggal di lingkungan Sekolah Dasar 2, Dusun Menur I, RT/RW 019/005, Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.
Selasa, 9 Agustus 2022, tepat pagi hari sekira pukul 08:30 WIB, saya menuju ke kediaman Chyntia bersama seorang teman untuk menengok kondisi Chyntiya dan memenuhi kebutuhan reportase.
Saat awal pertemuan itu, kami memperkenalkan diri dan meminta izin kepada Nana (45), ibu dari Chyntiya untuk melakukan wawancara.
Nana menceritakan bahwa Chyntiya sekarang sudah kelas III SMK. Namun, di tahun 2021 ia surah tidak memungkinkan mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
“Jenjang pendidikan Chyntiya terhambat karena ia sakit,” kata Nana sambil menatap ke celah pintu arah luar dengan tatapan kosong.
Terakhir di awal tahun 2019, Chyntiya sempat mengikuti study tour yang digelar sekolahannya ke Yogyakarta. Kondisinya waktu itu baik-baik saja, hingga Chyntiya bilang ke Nana kalau ada benjolan sekecil sebesar ujung ibu jari di bagian dengkul. Tidak ada timbul kepanikan dari Nana pasca itu. Ia meyakini bahwa benjolan tersebut muncul karena pegal-pegal biasa.
Setelah beberapa lama, Nana mendapati keluhan dari Chyntiya kalau benjolan tersebut makin membesar bersamaan dengan kaki di bagian paha anaknya yang makin menyusut. Pasca hal tersebut, Nana pun langsung membawa anaknya ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan.
Dari hasil pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa Chyntiya menderita reumatik tulang, dan Nana pun segera membelikan obat agar kondisi anaknya lekas membaik.
“Kondisi Chyntiya tidak juga membaik setelag mengkonsumsi obat itu,” kata Nana.
Penyakit itu pun makin menjadi-jadi. Tak tahan melihat anaknya sakit, akhirnya Nana membawa Chyntiya kembali ke dokter untuk melakukan pemeriksaan ulang. Sesampainya di tempat berobat, anaknya langsung dirontgen. Setelah menunggu beberapa saat, hasil proses identifikasi melalui rontgen membuat Nana sontak kaget lantaran menurut keterangan dokter menjelaskan bahwa Chyntiya mengidap osteosarkoma (kanker tulang).
“Dokter menyarankan agar Chyntiya lekas dirujuk ke rumah sakit yang dapat menangani penyakit tulang. RS di Lampung tidak ada yang sanggup. Dari beberapa opsi RS, yang terdekat berada di Palembang, RS M Hoesin,” tuturnya.
Selang beberapa hari, Nana langsung membawa anaknya berobat ke RS M Hoesin, tepatnya di tahun 2020 dan melakukan operasi pafa bulan Januari 2021.
“Akhirnya Chyntiya dioperasi dan diterapkan kemoterapi. Setelah melalui proses pengobatan sedemikian rupa, dokter bilang kalau penyakit anak saya diangkat dan sudah bisa istirahat pulang untuk pemulihan,” kata Nana.
Nana menuturkan, setelah melakukan pengobatan itu banyak perubahan pada Chytiya, misalnya dari mulai pola makan. Makanan yang dikonsumsi pun sudah dipilih yang terbaik demi kesembuhan Chyntiya. Pastinya makanan sehat yang tidak memiliki pantangan dengan penyakit yang diderita Chyntiya.
Chyntiya sudah melewati masa-masa transisi penyembuhan dari penyakitnya, perlahan telah melakukan rutinitas seperti sebelumnya. Hal itu tidak bertahan lama, hanya hitungan bulan saja, ternyata penyakit di kaki kanan Chyntiya kembali kumat, dan sampai dengan hari ini kondisinya terus memburuk.
Di tengah keterbatasan ekonomi, pihak keluarga telah mengupayakan untuk pengobatan Chyntiya. Pernah mengajukan bantuan ke pejabat desa setempat dengan segala proses administratif yang rumit, namun hasilnya sia-sia tidak membuahkan hasil baik. Dalam kondisi krisis hari ini, Nana hanya bisa berdo’a dan berusaha sebisanya agar ada jalan keluar demi kesembuhan Chyntiya.
“Saya harap ada mukjizat untuk kesembuhan Chyntiya,” pungkas Nana dengan nada sesak terbata-bata. (Rls/Red)