Lampungpedia.com, Kalsel – (17/1). Borneo dikenal dengan Paru-paru dunia karena banyak hutan hijau. KMHDI se-Kalimantan Selatan mengatakan untuk beberapa hari ini cuaca sedang tidak bersahabat hujan deras terus melanda, mengakibatkan Kalimantan Selatan mengalami Banjir. Ketinggian air di beberapa daerah bervariasi bahkan ada yang lebih dari 3 meter , hingga 16 Januari 2021 pukul 10.00 WIB, ada 27.111 rumah yang terendam dan 112.709 warga mengungsi. Hujan turun dengan intensitas tinggi sejak 9 Januari 2021 yang mengakibatkan 11 Kota dan Kabupaten dan lebih dari 58 Kecamatan terdampak. Gubernur kalimantan Selatan, Sahbirin Noor juga sudah mengumumkan wilayahnya kini berstatus tanggap darurat bencana banjir melalui Surat Pernyataan Nomor: 360/038/Bpbd/2021 tertanggal 14 Januari 2021.
“Banjir terjadi tidak hanya karena satu faktor, tapi ada banyak faktor yang membuat banjir saat ini sangat parah” ucap Kadek Aditya Prayoga ketua PC KMHDI Banjarbaru.
Kadek Aditya Prayoga melanjutkan dalam analisanya memberikan penyampain melalui rapat kajian bersama bahwa dalam hal ini, banjir memang sering terjadi tiap tahunnya di beberapa daerah di Kalimantan Selatan, tapi untuk tahun ini adalah tahun yang paling berat dan besar dampaknya, dampak yang didapatkan ini bisa berkaitan dengan pembukaan lahan secara besar-besaran di wilayah Kalimantan Selatan, luas lahan perkebunan Sawit di Kalimantan Selatan mencapai 64.632 hektar. Untuk jumlah perusahaan Sawit, pada Pekan Rawa Nasional bertema Rawa Lumbung Pangan Menghadapi Perubahan Iklim 2011, tercatat 19 perusahaan akan menggarap perkebunan Sawit di lahan rawa Kalsel dengan luasan lahan mencapai 201.813 hektar.
“Melihat situasi sekarang ini memprihatinkan, kita masih berperang dengan covid-19 dan kini ditambah dengan adanya bencana banjir yang melanda di beberapa daerah di Kalsel. Harapannya pemerintah tidak hanya fokus pada eksplorasi dari hasil alam Kalimantan, tapi memperdulikan juga saat terjadinya musibah seperti ini” tegas I Gede Andre Gunawan Ketua PC KMHDI Banjarmasin.
Tidak hanya pembukaan lahan, Kalimantan Selatan juga memiliki lahan pertambangan. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) mencatat terdapat 4.290 Izin Usaha Pertambangan (IUP) atau sekitar 49,2 persen dari seluruh Indonesia, pada 27 September 2020 dan juga rata-rata kenaikan ekspor batu bara ke China ini mencapai sekitar 13,3% per tahun, dengan melihat tren tersebut dan usai ditandatanganinya kesepakatan pembelian batu bara dari perusahaan di China, maka pihak China optimis tahun ini ekspor batu bara Indonesia ke China bisa mencapai 200 juta ton. Dengan adanya hal ini akan berpotensi terjadinya eksploitasi secara besar-besaran terhadap batu bara yang ada di Kalimantan Selatan.
“Memang saat ini mengeluh dan saling menyalahkan tidak akan menyelesaikan masalah, tapi kita juga perlu menengok sejenak kenapa bencana banjir ini terjadi sampai separah ini, saatnya pemerintah juga bisa cepat tanggap sekarang. Hal ini juga bisa menjadi pukulan keras pemerintah untuk bekerja keras kedepannya untuk sebisa mungkin agar bencana seperti ini tidak terjadi lagi dengan melakukan pencegahan sedini mungkin” tambah I Gede Andre Gunawan ketua PC KMHDI Kota Banjarmasin.
Selain itu, muncul spekulasi bahwa Banjarmasin merupakan kota seribu sungai, namun banyak masyarakat yang tidak sadar akan kebersihan dari lingkungan sungai itu sendiri. Banyak bangunan yang didirikan disepanjang bantaran sungai yang membuat sungai menjadi menyempit dan mengurangi lajunya air sungai. Hal ini diperparah dengan kebiasaan masyarakatnya yang masih saja membuang sampah ke sungai.
KMHDI se-Kalsel berpandangan bahwa banjir awal tahun ini adalah banjir terparah sejak 5 tahun terakhir. Penyebab bencana banjir yang terjadi di beberapa wilayah di Kalimantan Selatan saat ini tidak hanya karena curah hujan yang tinggi. Namun, ada beberapa faktor lain yang memang menjadi salah satu penyebab dari banjir ini yaitu rusaknya ekologi di tanah Borneo. (Rls/Red)